Latest News

KEMBALI KEPADA SUNNAH

Jumat, 04 Desember 2009 , Posted by BARRIS Blog's at 06.34

S


Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (QS. Ar-Rum (30):32)

Hampir seluruh sekte-sekte, golongan-golongan, madzhab dan aliran-aliran Islam, mereka mengaku berjalan diatasas Sunnah (sekalipun dalam artian partial) artinya mengartikan Sunnah dalam makna yang terbatas. Dalam konsep dan pengakuan, mereka menggunakan istilah yang sama, Yaitu SUNNAH ROSUL, tapi dalam kenyataan mereka antara satu dengan yang lainnya terdapat titik perbedaan yang sangat jauh.


Rasululloh SAW, Bersabda


“kamu sekalian akan ditolong Alloh untuk mengalahkan musuh-musuh kamu, selama kamu tetap memegang teguh akan ‘sunahku’, maka jika kamu telah keluar dari Sunahku, Alloh akan menurunkan Pemerintahan atas kamu sekalian dari pada musuh-musuh kamu, orang yang menakut-nakuti kamu, maka tidak akan di cabut rasa takut dari hati-hati kamu, sehingga kamu kembali mengikuti kepada Sunnahku”.
Yang penting dimanapun kita berada dalam kondisi saat ini (sekarang), adakah kita sadar akan kekeliruan dalam menerapkan SUNNAH???, Sehingga Allohpun berlepas diri dari kita!!!. Mari kita kembali kepada SUNNAH yang BENAR.


MELURUSKAN PENGERTIAN SUNNAH

Kalimat SUNNAH, jamaknya SUNNANUN mengandung beberapa pengertian:


1.SUNNAH dalam arti; Undang-Undang atau Peraturan yang tetap berlaku.


Firman Alloh SWT, dalam Q.S. al-Isro (17):77 (kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.
Undang-undang atau peraturan/ketetapan yang dimaksud adalah UU Alloh meliputi IPOLEKSOSBUDHANKAMILKUM yang tetap berlaku sepanjang zaman, sampai saat ini. So....! orang yang mengaku Ittiba kepada SUNNAH atau berjalan diatas SUNNAH berarti ia harus konsekwen dengan UU Alloh (al-Qur’an) yang Kaffah, menyeluruh dan lengkap, tanpa mengurangi atau mencampuradukan atau menambah dengan UU diluar UU Alloh dan Rasul-Nya.
Orang-orang yang mengaku hidup diatas SUNNAH, kemudian tidak konsekwen terhadap undang-undang Alloh bahkan menyimpangkannya maka ia berarti bukan pengikut SUNNAH.
Dari Ummar r.a. : Rasululloh SAW. Bersabda
”barang siapa yang mengambil SUNNAHku maka ia termasuk umatku, dan barangsiapa benci kepada Sunnahku maka ia bukan dari ummatku”
( HR. Abu ’Asakir)
Jadi jelas, siapa saja yang beci kepada SUNNAH Rasul dalam arti benci kepada UU Alloh maka ia bukan termasuk ummat Muhammad. Sekarang mari kita berfikir secara jernih, orang yang bukan Ummat Muhammad ingin memperjuangkan Risalah Muhammad !!!!, Mungkinkah???.

2.SUNNAH dalam arti; cara (methode) Yang diadakan: Sabda Nabi


”barang siapa yang mengada-adakan suatu cara yang baik.....
Dan barang siapa mengada-adakan suatu cara yang jelek....
Orang yang menetapi SUNNAH, mesti akan mengikuti cara apapun yang datangnya dari Rasululloh. Cara beraqidah, cara beribadah, bermuamalah, cara berjuang, cara sholat dsb wajib mengikuti tata cara yang ditempuh oleh Rasululloh SAW. Pantang melakukan yang tidak sesuai dengan uswah beliau SAW.
Orang yang mengaku menetapi SUNNAH, tetapi tidak mengikuti jejak Rosululloh, berarti ia telah mengada-adakan cara yang jelek (bid’ah), terlebih bid’ah dalam ibadah, sebagai contoh tentang praktek Sholat yang mestinya diawali dengan takbir kemudian diakhiri dengan salam, kemudian praktek Sholat tersebut diganti dengan cara baru yaitu ruku dulu atau salam dulu lau kemudian diakhiri dengan takbir, ini artinya mengada-ada yang tidak sesuai dengan contoh Rasululloh. Praktek sholat yang demikian hukumnya tidak syah, karena praktek Sholat yang syah adalahharus tertib sebagaimana telah diatur dalam bab Sholat.
Demikian pula dalam mempraktekan Rukun Islam yang lima, inipun harus tertib sebagaimana yang disabdakan oleh Rasululloh SAW. Diawali dari SYAHADAT, SHOLAT, ZAKAT, SHOUM dan HAJI. Salah mempraktekan rukun Islam berarti ia telah mengada-ada atau dengan kata lain bid’ah.
” dari ibnu Abbas ra. Berkata: ” Rasululloh SAW. Bersabda :” Alloh enggan akan menerima amal perbuatan orang ahli bid’ah, sehingga ia akan meninggalkan bid’ahnya”. (HR. Ibnu Majah)

3.SUNNAH dalam arti; Jalan yang telah dilalui:


Suatu perjalanan Rasululloh dari awal Risalahnya dengan segala pengamalan wahyu Alloh (al-Qur’an) secara sempurna sampai akhir hayatnya. Perjalanan yang telah dilalui oleh Rasul adalah suatu perjalanan yang lengkap, pendek kata, Rasululloh telah menjadikan Qur’an sebagai akhlak semasa hidupnya. Seperti yang dikatakan A’isyah dalam Hadistnya:
”Bahwa akhlaq rasululloh adalah al-Qur’an”
Perjalanan beliau dimulai dengan da’wah siir maupun jahr, dengan segala rintangan-rintangan yang dihadapinya sampai rasululloh SAW. Hijrah ke Habsy dan ke Yastrib, kemudian beliau Jihad membangun sebuah nilai kemenangan terhadap musuh-musuhnya sampai MERDEKAnya Mekah ditangan kaum Muslimin
Inilah jalan yang dilalui dalam perjuangannya dan berakhir dengan kemenangan dipihak Rasululloh. Alloh SWT berfirman :
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Q.S. at-Taubah (9:20)
Rasululloh bersabda : dari Aisyah ra.
”Aku melaknat mereka dan Allohpun melaknatnya......
Kepada siapa yang meninggalakan SUNNAHKU”
(HR. Thirmidzi)
Rasululloh telah meletakkan dasar-dasar perjuangan yang harus dilalui oleh setiap pejuang Islam. Dengan langkah Iman yang diteruskan dengan adanya langkah HIJRAH (Transpormasi lembaga Daulah) kemudian dilanjutkan dengan JIHAD dan seterusnya.
Adakah perjuangan politik Islam dewasa ini telah mengalami kegagalan disebabkan faktor tersebut???.


4.SUNNAH dalam arti ; Kejadian yang terulang kembali. Firman Alloh SWT:


”Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).Q.S.ali Imran(3):137
Dari ayat diatas, maka makna SUNNAH adalah:
Terulangnya suatu peristiwa yang dialami para Nabi dan rasul terdahulu, kemudian terulang kembali peristiwa tersebut pada masa tertentu yang akan datang dengan Idzin Alloh atau setelah memenuhi persyaratan-persyaratan SUNNAH.
”dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” Q.S. al-’Anfal (8):30



Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar