Latest News

SMB II, SANG PAHLAWAN

Kamis, 26 November 2009 , Posted by BARRIS Blog's at 00.41


Oleh : Kemas Ari, S.Pd., M.Si.

Penulis Adalah : Dosen dan Guru Sejarah
pada Fakultas Adab IAIN Raden Fatah dan MAN  1 Palembang


Tanggal 10 Nopember bagi bangsa Indonesia adalah suatu hari yang khusus diberikan kepada para Pahlawan bangsa Ini, sudah banyak para tokoh negeri ini yang diberikan Tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional  termasuk Pahlawan Nasional dari Palembang yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) yang dikukuhkan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 063/TK/tahun 1984 tertanggal 29 oktober 1984, dan dr. A.K. Gani.

Lahir di  Palembang pada hari Ahad malam, Jam 9.00 (1 Rejeb 1181 H / 9 Februari 1768 M.). Semasa kecilnya Ia diberi nama Raden Hasan bin Sultan Muhammad Bahauddin, kemudian ditunjuk sebagai pewaris Kesultanan Palembang dengan gelar Pangeran Ratu. Setelah Ia dinobatkan menjadi Sultan Palembang pada tanggal 22 Zulhijjah 1218 H bertepatan tanggal 4 April 1803 bergelar Sultan Mahmud Badaruddin.

Selain sebagai Sultan Palembang Beliau adalah Al-Hafiz (Ulama) di Kesultanan Palembang-Darussalam, Namanya kini diabadikan sebagai nama Bandara Internasional di Palembang, dan Mata uang rupiah pecahan 10.000 yang dikeluarkan Bank Indonesia pada 20 Oktober 2005 yang diawali dengan usulan oleh Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu Diraja.

(gambar SMB II yg diabadikan di Uang Rp.10.000,-

Ia menjadi Sultan Palembang menggantikan ayahnya  di Kesultanan Palembang Darussalam (KPD) pada tahun 1803-1819, selama masa pemrintahannya telah menanamkan semangat perjuangan yang tak pernah menyerah. Penggambaran sikap ini dikatakan oleh orang Inggris sebagai harimau yang tidak pernah jinak (never a tame tiger) hal ini didasarkan pada pengalaman Inggris yang selalu kewalahan ketika menghadapi SMB II, bahkan Jenderal Meares dari Inggris yang sangat berambisi untuk menangkap SMB II tewas dalam satu pertempuran di daerah hulu kota Palembang tepatnya di desa Buay Langu Kabupaten Musi Banyu Asin pada tanggal 28 Agustus 1812.

Selama masa Perjuangannya untuk menjaga negeri ini tercatat beberapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, konflikpun dimulai sejak ditemukan Timah di Bangka  pada pertengahan abad ke-18. Sejak itu Pulau Bangka menjadi perebutan bangsa Eropa. Sir Thomas  Stamford Raffles adalah orang pertama  mulai mengadakan pendekatan dengan Sultan Mahmud Badaruddin II. Lalu melalui surat pada 3 maret 1811,  Raffles berusaha membujuk SMB II untuk mengusir Belanda dari Palembang. Tetapi, SMB II membalas surat Raffles yang intinya mengatakan bahwa Palembang tidak ingin terlibat dalam permusuhan antara Britania dan Belanda, serta tidak ada niatan bekerja sama dengan Belanda.
Meskipun pada akhirnya terjalin kerja sama Inggris-Palembang, di mana pihak Palembang lebih diuntungkan.

Tidak berhasil dengan bujukannya Inggris melancarkan strategi lain. Pada 14 September 1811, terjadi peristiwa pembumihangusan dan pembantaian di loji Sungai Alur. Belanda menuduh Inggris yang memprovokasi Palembang supaya mengusir Belanda. Sebaliknya, Inggris menuduh SMB II yang berinisiatif melakukannya. Raffles yang terpojok dengan peristiwa loji Sungai Aur,  masih berharap dapat berunding dengan SMB II. Tetapi SMB II tidak lagi menghiraukan maksud Ingeris. Akibatnya, Inggris  mengirimkan armada perangnya di bawah pimpinan Gillespie dengan alasan menghukum SMB II.

Dalam sebuah pertempuran singkat, Palembang berhasil dikuasai dan SMB II menyingkir ke Muara Rawas, jauh di hulu Sungai Musi.
Inggris kemudian mengangkat Husin Diauddin Husin_Diauddin menjadi Sultan dengan gelar Ahmad Najamuddin II, tanggal 14 Mei 1812. Bangka yang telah dikuasai diganti  namanya Duke of York’s Island. Di Mentok, yang kemudian dinamakan Minto, ditempatkan Meares sebagai residen.

Meares berambisi menangkap SMB II yang telah membuat kubu di Muara Rawas. Pada 28 Agustus 1812,  Ia membawa pasukan dan persenjataan yang diangkut dengan perahu untuk menyerbu Muara Rawas. Dalam sebuah pertempuran di Buay Langu, Meares tertembak dan akhirnya tewas setelah dibawa kembali ke Mentok. Kedudukannya digantikan oleh Mayor Robinson. Pengganti Merares ini kemudian melakukan serangkaian perundingan. SMB II kembali ke Palembang dan naik takhta kembali pada 13 Juli 1813,  hingga Agustus 1813. Sementara itu, Robinson dipecat dan ditahan Raffles karena mandat yang diberikannya tidak sesuai.

Setelah Konvensi London Konvensi_London 13 Agustus 1814 yang mengharuskan Inggris menyerahkan kembali kepada Belanda semua koloninya di seberang lautan sejak Januari 1803, pada. 19 Agustus 1816  Palembang diserhakan kembali pada Belanda.penyerahan ini terjadai dan Rafles diganti oleh John Fendal (Belanda). yang kemudian mengangkat Edelheer Mutinghe sebagai komisaris di Palembang. Tindakan pertama yang dilakukannya adalah mengangkat kembali SMB II naik takhta pada 7 Juni  1818.

Sementara itu, Husin Diauddin yang pernah bersekutu dengan Inggris justru berhasil dibujuk oleh Mutinghe untuk keluar dari Palembang menuju Batavia dan akhirnya dibuang ke Cianjur.
Pada dasarnya pemerintah kolonial Belanda tidak percaya kepada raja-raja Melayu. Mutinghe mengujinya dengan melakukan penjajakan ke pedalaman wilayah Kesultanan Palembang dengan alasan inspeksi dan inventarisasi daerah. Ternyata di daerah Muara Rawas ia dan pasukannya diserang pengikut SMB II yang masih setia. Sekembalinya ke Palembang, ia menuntut agar Putra Mahkota diserahkan kepadanya. Ini dimaksudkan sebagai jaminan kesetiaan sultan kepada Belanda. Bertepatan dengan habisnya waktu ultimatum Mutinghe untuk penyerahan Putra Mahkota, SMB mulai menyerang Belanda.

Pertempuran melawan Belanda yang dikenal sebagai Perang Menteng  pecah pada 12 Juni 1819. Perang ini merupakan perang paling dahsyat pada waktu itu, dan akhirnya dimenangkan oleh Palembang. Belanda yang tidak menerima kenyataan itu. beberapa waktu berikutnya, tepatnya tanggal 21 Oktober 1819  kembali menyerang Palembang, tetapi juga mengalami kegagalan. Begitu juga pada serangan ketiga mendapatkan kekalahan.

Selanjutnya untuk yang ke empat kalinya, pada tanggal 16 Mei  1821 armada Belanda sudah memasuki perairan Musi. Bulan Juni 1821 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Hari Jumat dan Minggu dimanfaatkan oleh dua pihak yang bertikai untuk beribadah. De Kock memanfaatkan kesempatan ini. Ia memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerang pada hari Jumat dengan harapan SMB II juga tidak menyerang pada hari Minggu. Pada waktu dini hari Minggu 24 Juni, ketika rakyat Palembang sedang makan sahur, Belanda secara tiba-tiba menyerang Palembang.

Serangan dadakan ini tentu saja melumpuhkan Palembang karena mengira di hari Minggu orang Belanda tidak menyerang. Setelah melalui perlawanan yang hebat, tanggal 25 Juni 1821 Palembang jatuh ke tangan Belanda. Kemudian pada 1 Juli 1821 berkibarlah bendera Merah Putih Biru (rod, wit, en blau) di Kuto Besak Kuto_Besak, maka resmilah kolonialisme Hindia Belanda di Palembang.

Meskipun mengalami kekalahan, SMB II tidak pernah membuat surat Kalah Perang ataupun Penyerahan Kekuasaan (Lange Verklaring ataupun Korte Verklaring). ketika Belanda  berhasil menguasai Kesultanan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan Pangeran Ratu serta keluarganya ditangkap, Ia beserta keluarga dibuang dengan menaiki kapal Dageraad dengan tujuan Batavia, pada hari Selasa malam Tanggal 3 Syawal 1236 H (13 Juli 1821) kemudian diberangkatkan menuju Batavia pada keesokan harinya 4 Syawal 1236 H. Dari Batavia SMB II dan keluarganya diasingkan ke Ternate  sampai akhir hayatnya 26 November 1862. Peristiwa 4 Syawal adalah sebuah momen yang penting bagi kita sebagai anak negeri (masyarakat) Palembang Darussalam. Pada saat itu adalah detik-detik terakhir pemberangkatan SMB II ke Batavia dan dilanjutkan ke Ternate (Maluku Utara). Bahkan peristiwa ini bisa dijadikan Aset pariwisata.

Untuk mengenang Jasa-jasanya saya akan menuliskan kembali sebuah Syair SMB II yang dibuat oleh; cucu SMB II yang juga ikut dibuang ke Ternate yakni Raden Haji Abdul Habib Prabu Diradjah Bin Pangeran Prabu Diradjah Bin Sultan Mahmud Badaruddin II,  Pada Tanggal 9 Syawal 1316


SYAIR SULTAN MAHMUD BADARUDDIN


SULTAN MAHMUD BADARUDDIN YANG PUNYA NEGERI
DATANGLAH MUSUH TIDAK TERPERI
DENGAN TAKDIR TUHAN YANG QOHARI
PINDAHLAH IA KE LAIN NEGERI

DARI PALEMBANG KE TERNATI
DIAMLAH DI SANA BERBUAT BHAKTI
JIKALAU IMAN KURANG MENGERTI
RUSAKLAH BADAN SERTA HATI

RUSAK BADAN PADA ITU KETIKA
KARENA BERPERANG DENGAN KAFIR CELAKA
TETAPI JIKALAU TIDAK DIDAULAT BELAKA
NISCAYA MENANG PULA SRI PADUKA



Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar